jam

16 Nov 2010

sesuatu bernama kematian

Kemarin tetangga depan rumahku meninggal dunia. Sebenarnya bukan sekedar tetangga biasa, tapi tetangga dekat dan akrab. Sama-sama hidup di perantauan, tentu sudah menganggap mereka sebagai saudara.
Kemarin tetangga depan rumahku meninggal dunia. Dia meninggalkan seorang isteri dan dua orang anak, perempuan dan laki-laki. Isterinya adalah temanku, anaknya adalah teman anak-anakku. Kami pernah punya saat-saat bahagia bersama. Kami pernah tertawa bersama, makan, bepergian, berbagi cerita bersama. Kami sudah seperti saudara saja.



Kemarin tetangga depan rumahku meninggal dunia, dipanggil Penciptanya. Isterinya adalah temanku. Isterinya berduka, tapi tidak bersuara. Isterinya tegar dan kuat. Malahan dia menguatkan anak-anaknya (dan dirinya sendiri tentunya). Energi positifnya membuat anak-anaknya juga tegar. Seorang isteri yang hebat menurutku.
Kemarin tetangga depan rumahku meninggal dunia, dipanggil Allah SWT. Anak-anaknya adalah teman main anak-anakku. Anak-anak yang pintar oleh didikan ayah dan ibu mereka yang pintar. Anak-anak yang tidak cengeng, hasil didikan ayah dan ibu mereka yang tegar.
Kemarin tetangga depan rumahku meninggal dunia. Dia teman kuliah suamiku. Dia orang yang baik. Kami semua berduka… Ya Allah, Ya Rabb, ampuni dosa dan kesalahan saudaraku, terimalah semua amal ibadahnya, lapangkan kuburnya, terangi kuburnya, mudahkan hisabnya. Berikan kekuatan dan ketabahan kepada keluarganya, mudahkan urusan-urusan mereka, Ya Allah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar