jam

16 Nov 2010

asisten

Ini cerita tentang mantan asisten (pembantu) rumah tanggaku….
Sebut saja Teh Wati. Teh Wati ini orang Sunda, asalnya Bogor. Dia pernah bekerja di rumahku bersama kakak sepupunya, sebutlah namanya Teh Marni. Mereka membantu mengurus anak-anak dan pekerjaan rumah selama aku tinggal bekerja. Soal pekerjaan, mereka baik-baik saja. Mereka bisa membagi dan mengatur pekerjaan dengan baik. Teh Wati bisa mengajak Ray bermain, bisa menstimulasi kemampuan bicaranya (Ray speech-delay). Juga Teh Marni, dia sudah bisa mengasuh bayi, sebelumnya dia pernah bekerja mengasuh bayi juga di tempat lain, jadi dia sudah “pinter”.
Kadang yang .......


Ini cerita tentang mantan asisten (pembantu) rumah tanggaku….
Sebut saja Teh Wati. Teh Wati ini orang Sunda, asalnya Bogor. Dia pernah bekerja di rumahku bersama kakak sepupunya, sebutlah namanya Teh Marni. Mereka membantu mengurus anak-anak dan pekerjaan rumah selama aku tinggal bekerja. Soal pekerjaan, mereka baik-baik saja. Mereka bisa membagi dan mengatur pekerjaan dengan baik. Teh Wati bisa mengajak Ray bermain, bisa menstimulasi kemampuan bicaranya (Ray speech-delay). Juga Teh Marni, dia sudah bisa mengasuh bayi, sebelumnya dia pernah bekerja mengasuh bayi juga di tempat lain, jadi dia sudah “pinter”.
Kadang yang membuat aku kurang sreg dengan mereka adalah akhlak dan penampilan mereka. Teh Wati sering keceplosan bicara kasar dan tidak pantas kepada Teh Marni. Padahal Teh Marni kan kakak sepupunya…! Mereka juga sudah terbiasa berpakaian ‘mepet’. Kalo dibelikan pakaian yang tidak ketat, mereka enggan pakai, katanya kegedean bajunya.
Aku sering mengingatkan mereka, mengajak mereka ngobrol sambil aku sisipkan nasehat-nasehat. Kalo Teh Marni, dia sudah lebih dewasa usianya, lebih bisa menerima penjelasanku, dan lebih ‘nurut’. Tetapi kalo Teh Wati, dia lebih susah ‘dibilanginnya’, lebih cuek dan semaunya. Buku-buku juga sudah kusodorkan kepada mereka.
Aku hanya ingin mereka lebih menghargai diri mereka sendiri dengan menutup aurat mereka. Kalaupun mereka belum tergerak untuk berjilbab, setidaknya mereka tidak berpakaian ketat, tidak ‘mengundang’ laki-laki hidung belang berkesempatan menggoda mereka, supaya mereka dihormati dan dihargai lawan jenisnya, tidak dianggap murah sehingga bisa dengan mudah dicolak-colek.  Sering aku beri perumpamaan, jika disuruh memilih, makanan mana yang akan kita makan, yang dibungkus rapi ataukah yang terbuka terkena debu?!. Tentu kita akan memilih yang dibungkus rapi kan…???
Ah, Teteh… kalian masih muda sekali, harusnya kalian masih belajar di SMP atau SMA. Tapi, kalian sudah mencari nafkah untuk (minimal) diri kalian sendiri. Harusnya orang tua kalian masih membimbing kalian sehari-sehari… Itulah kenapa aku begitu cerewet, Teh… karena aku bertanggung jawab dunia-akhirat akan kalian. Itulah kenapa aku sering mengingatkan, karena kalo terjadi apa-apa dengan kalian, orang tua kalian akan meminta pertanggungjawabanku. Bukan aku galak sama Teteh, melainkan aku sayang sama Teteh…
Suatu saat Teh Wati dan Teh Marni meninggalkan rumah, tanpa pamit. Mereka pergi di pagi buta, saat kami masih dibuai mimpi. Sakiiiitt hatiku, mereka mengkhianatiku…. Mungkin mereka memang bukan yang terbaik untuk keluargaku… berbaik sangka sajalah sama Yang Maha Mengetahui….
Waktu berjalan, aku sudah memiliki asisten lagi, yang jauh lebih baik dari mereka. Alhamdulillaah. Aku juga mendengar kabar, Teh Wati bekerja di rumah seorang teman di luar kota. Sementara Teh Marni malah sudah menikah…
Kemarin, aku mendengar kabar lagi, Teh Wati meninggal setelah berusaha menggugurkan kandungannya! Dan Teh Marni, menikah dengan embel-embel Married By Accident!
Masya Allaah..! Hatiku menjerit…
Meski mereka pernah menyakitiku, tetapi demi mendengar kabar itu, aku sedih… aku menyesalkan perbuatan mereka. Bagaimanapun, mereka pernah menjadi bagian dari keluargaku. Terlintas kenangan, Teh Wati bermain dengan anak-anakku… Teteh-tetehku yang manis-manis, itulah kenapa aku dulu cerewet sama kalian…tapi kalian tidak mendengarkanku…. kehidupan di luar sana demikian keras, Teh… kalo tidak ada yang membimbing kalian, mereka akan memangsa kalian, Teh… mereka siapa? Orang-orang yang jahat, yang memanfaatkan kesempatan yang (kadang) kalian sendiri ciptakan.
Ya Allah, Ya Rabbi.. ampuni kesalahan Teh Wati… terima amal-ibadahnya, Ya Rabb, terima taubatnya… Pun kepada Teh Marni, Ya Rabb, tambahkan hidayah dan ilmu kepadanya, ampuni kesalahannya… amiin…

3 komentar: