jam

4 Nov 2010

kisah haru anak keterbelakangan mental

keyhisya's Avatar Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya
lumayan tampan namun terlihat agak bodoh.
Sam, suamiku, memberinya nama Eric.
Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini
memang agak terbelakang.
Saya berniat memberikannya kepada orang lain
saja.

Namun Sam mencegah niat buruk itu.
Akhirnya terpaksa saya membesarkannya juga.
Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun
melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil.
Saya menamainya Angelica.
Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga
Sam.
Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian
anak-anak yang indah-indah.

Namun tidak demikian halnya dengan Eric.
Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut.
Sam berniat membelikannya, namun saya selalu
melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga.
Sam selalu menuruti perkataan saya.
Saat usia Angelica 2 tahun, Sam meninggal dunia.
Eric sudah berumur 4 tahun kala itu.
Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk.
Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur
hidup.
Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica.
Eric yang sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja.
Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk
membayar hutang.
Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak
kejadian itu.

Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa.
Usia Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat
buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi
sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang.
Angelica telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri
sekolah
perawatan.
Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya.

Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah
film yang diputar dikepala saya.
Baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya perbuatan saya dulu.tiba-tiba
bayangan Eric melintas
kembali di pikiran saya.
Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric.
Sore itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Brad
dengan pandangan heran menatap saya dari samping.
"Mary, apa yang sebenarnya terjadi?"

"Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal yang
telah saya lakukan dulu." aku menceritakannya juga dengan terisak-isak.
Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya.
Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian.
Setelah tangis saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari
belakang.
Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari hadapan
saya.
Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya
tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric.

Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya.
Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah.
Saya mengambil seraya mengamatinya dengan seksama.
Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali potongan kain tersebut sebagai bekas
baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya.
Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap
sekali.
Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor.
Ternyata ia seorang wanita tua.
Kembali saya tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan
suaranya yang parau.

"Heii.! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!"

Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, "Ibu, apa ibu kenal dengan
seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?"

Ia menjawab, "Kalau kamu ibunya, kamu sungguh tega, Tahukah kamu, 10 tahun
yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus menunggu ibunya dan
memanggil, 'Mommy., mommy!' Karena tidak tega, saya terkadang memberinya
makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan
hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan
anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas
ini. Ia belajar menulis
setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu."

Saya pun membaca tulisan di kertas itu.

"Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi.? Mommy marah sama Eric, ya?
Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji kalau Mommy
tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom."

Saya menjerit histeris membaca surat itu.
"Bu, tolong katakan. katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan
meyayanginya sekarang! Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong
katakan..!!"

Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.

"Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric telah
meninggal dunia.
Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah.
Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia berani
masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi
lagi bila melihatnya
ada di dalam sana. Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari belakang
gubuk ini. Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus
bersikeras menunggu Nyonya di sana.

1 komentar:

  1. Benar2 mengharukan saya begitu tersentuh hingga tak sadar air mata telah mengalir dengan deras.

    Saya juga mempunyai seorang adik laki - laki yang mengalami keterbelakangan mental. Saya akan terus menyayanginya. Terimakasih untuk tulisan ini.

    BalasHapus